Monday, October 27, 2014

Definisi Kebudayaan



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” d Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah adalah apa definisi kebudayaan secara lebih lanjut.
C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan adalah untuk mengetahui definisi kebudayaan dan unsur-unsur kebudayaan.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam disiplin ilmu antropologi budaya, kebudayaan dan budaya itu diartikan sama (Koentjaraningrat, 1980:195). Namun dalam IBD dibedakan antara budaya dan kebudayaan, karena IBD berbicara tentang dunia idea tau nilai, bukan hasil fisiknya. Secara sederhana pengertian kebudayaan dan budaya dalam IBD mengacu pada pengertian sebagai berikut:
1.      Kebudayaan dalam arti luas, adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
2.      Kebudayaan dalam arti sempit dapat disebut dengan istilah budaya atau sering disebut kultur yang mengandung pengertian keseluruhan sistem gagasan dan tindakan.
Kebudayaan ataupun yang disebut peradaban, mengandung pengertian luas, meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hokum, adat-istiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat.
B.     Unsur Kebudayaan
Unsur kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bagian suatu kebudayaan yang dapat digunakan sebagai satuan analisis tertentu. Dengan adanya unsur tersebut, kebudayaan disini lebih mengandung makna totalitas daripada sekedar penjumlahan unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Menurut Kluckhohn ada tujuh unsure dalam kebudayaan universal, yaitu system religi dan upacara keagamaan, system organisasi kemasyarakatan, system pengetahuan, system mata pencaharian hidup, system tekhnologi dan peralatan, bahasa, serta kesenian. Untuk lebih jelas, masing-masing diberi uraian sebagai berikut.
1.      Sistem religi dan upacara keagamaan, merupakan produk manusia sebagai homo religious. Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap bahwa di atas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang Mahabesar yang dapat “menghitam-putihkan” kehidupannya. Oleh karena itu, manusia takut sehingga menyembah-Nya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama. Untuk membujuk kekuatan besar tersebut agar mau menuruti kamauan manusia, dilakukan usaha yang diwujudkan dalam system religi dan upacara keagamaan.
2.      Sistem organisasi  kemasyarakatan, merupakan produk dari manusia sebagai homo socius. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah. Namun, dengan akalnya manusia membentuk kekuatan dengan cara menyusun organisasi kemasyarakatan yang merupakan tempat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, yaitu meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
3.      Sistem pengetahuan, merupakan produk dari manusia sebagai homo sapiens. Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri, disamping itu dapat juga dari pemikiran orang lain. Kemampuan manusia untuk mengingat apa yang telah diketahui, kemudian menyampaikannya kepada orang lain melalui bahasa menyebabkan pengetahuan ini menyebar luas.
4.      Sistem mata pencaharian hidup, yang merupakan produk dari manusia sebagai homo economicus menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat.
5.      Sistem teknologi dan peralatan, merupakan produksi dari manusia sebagai homo faber. Bersumber dari pemikirannya yang cerdas serta dibantu dengan tangannya yang dapat memegang sesuatu dengan erat, manusia dapat menciptakan sekaligus mempergunakan suatu alat. Dengan alat-alat ciptaannya itu, manusia dapat lebih mampu mencukupi kebutuhannya daripada binatang.
6.      Bahasa, merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode), yang kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bahasa tulisan.
7.      Kesenian, merupakan hasil dari manusia sebagai homo esteticus. Setelah manusia dapat mencukupi kebutuhan fisiknya maka manusia perlu dan selalu mencari pemuas untuk memenuhi kebutuhan psikisnya.
Perlu dimengerti bahwa unsur-unsur kebudayaan yang membentuk struktur kebudayaan itu tidak berdiri lepas dengan lainnya. Kebudayaan bukan hanya sekedar merupakan jumlah dari unsur-unsurnya saja, melainkan merupakan keseluruhan dari unsur-unsur tersebut yang saling berkaitan erat (integrasi), yang membentuk kesatuan yang harmonis. Masing-masing unsur saling mempengaruhi secara timbale-balik. Apabila terjadi perubahan pada salah satu unsur, maka akan menimbulkan perubahan pada unsur  yang lain pula.
C.    Wujud Kebudayaan
Selain unsur kebudayaan, masalah lain yang juga penting dalam kebudayaan adalah wujudnya. Pendapat umum mengatakan ada dua wujud kebudayaan. Pertama, kebudayaan bendaniah (material) yang memiliki cirri dapat dilihat, diraba, dan dirasa. Sehingga lebih konkret atau mudah dipahami. Kedua, kebudayaan rohaniah (spiritual) yang memiliki ciri dapat dirasa saja. Oleh karena itu, kebudayaan rohaniah bersifat lebih abstrak dan lebih sulit dipahami. Koentjaraningrat dalam karyanya kebudayaan. Mentaliter, dan pembangunan menyebutkan bahwa paling sedikit ada tiga wujud kebudayaan, yaitu :
1.      Sebagai suatu kompeks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya.
2.      Sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3.      Sebagai benda-benda hasil karya manusia. (koentjaraningrat, 1974:15).
Wujud pertama adalah wujud ideal kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba dan difoto. Letaknya dalam alam pikiran manusia. Ide-ide dan gagasan manusia ini banyak yang hidup dalam masyarakat dan member jiwa kepada masyarakat. Gagasan-gagasan itu tidak terlepas satu sama lain melainkan saling berkaitan menjadi suatu system, disebut system budaya atau culture system, yang dalam bahasa Indonesia disebut adat istiadat.
Wujud kedua adalah yang disebut system social, yaitu mengenai tindakan berpola manusia itu sendiri. Sistem social ini bersifat konkrit sehingga bias diobservasi, difoto dan didokumentir.
Wujud ketiga adalah yang disebut kebudayaan fisik, yaitu seluruh hasil fisik karya manusia dalam masyarakat. Sifatnya sangat konkrit berupa benda-benda yang bias diraba, difoto dan dilihat. Ketiga wujud kebudayaan tersebut di atas dalam kehidupan masyarakat tidak terpisah satu dengan yang lainnya.

Wednesday, October 2, 2013

Psikologi Sastra


A.    Hakikat Novel Sebagai Karya Sastra
Novel merupakan karya sastra yang memiliki ciri khas yang berbeda dengan karya sastra lainnya. Novel diartikan sebagai prosa naratif yang bersifat imajiner, namun masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan antar manusia. Dalam novel, pengarang dapat mengemukakan sesuatu secara bebas dan melibatkan permasalahan yang kompleks, termasuk juga unsur cerita yang membangun novel.
Sebagai salah satu jenis sastra, novel dibentuk oleh unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur formal yang membangun sebuah karya sastra dari dalam secara inheren. Unsur-unsur tersebut adalah tema, plot, amanat, perwatakan, latar, dan pusat pengisahan atau sudut pandang. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar teks yang berpengaruh terhadap teks itu sendiri. Unsur-unsur tersebut antara lain psikologi, sosiologi, filsafat, postmodernisme dan biografi pengarang.
B.     Psikologi Dalam Sastra
Pendekatan psikologi dalam studi sastra adalah suatu pendekatan yang berlandaskan pada teori-teori psikologi (Hardjana, 1995: 95). Pengaruh dari ilmu kemasyarakatan dan psikologi dalam studi sastra, mengakibatkan munculnya dua pendekatan baru, yatiu: 1) pendekatan sosiologi yang memanfaatkan teori sosiologi, dan 2) pendekatan psikologi yang memanfaatkan ilmu psikologi, termasuk di dalamnya pendekatan mitos (Hardjana, 1995: 59).
Pendekatan psikologi dalam karya sastra adalah pendekatan penelaahan sastra yang menekankan pada segi-segi psikologis yang terdapat dalam suatu karya sastra. Wellek dan Warren (1989: 90) menjelaskan tentang masuknya psikologi dalam bidang kritik sastra malalui empat pendekatan, yaitu: 1) pendekatan psikologi terhadap proses penciptaan sastra, 2) pendekatan psikologi terhadap pengarangnya, 3) pendekatan psikologi terhadap ajaran atau kaidah yang ditimba dari karya sasra, 4) pendekatan psikologi terhadap pengaruh karya sastra bagi pembacanya. Dengan menggunakan pengetahuan psikologi, maka penganalisian tokoh-tokoh dalam novel bisa disesuaikan dengan apa yang diketahui tentang aspek-aspek kejiwaan manusia. Manfaat lain psikologi dalam karya sastra terutama bagipara sastrawan adalah pengetahuan tentang psikologi yang dimilikinya akan mendorong kesungguhan dalam menguraikan gambaran watak dan mendorong mereka untuk lebih cermat dalam menggambarkan pergolakan jiwa tokoh-tokoh cerita mereka.
C.    Teori Psikologi
Ilmu psikologi dibedakan menjadi psikologi umum dan psikologi khusus. Psikologi umum adalah psikologi yang mempelajari dan menyelidiki kegiatan atau aktifitas psikis manusia pada umumnya, yang dewasa, yang normal, dan yang beradab (berkultur). Psikologi umum berusaha mencari dalil-dalil yang bersifat umum dari kegiatan atau aktifitas-aktifitas psikis. Psikologi umum memandang manusia seakan-akan terlepas dari manusia lain (Walgito melalui Pipit Dwi Komariah, 1997: 19). Psikologi khusus adalah psikologi yang mempelajari dan menyelidiki segi-segi kekhususan dari aktifitas-aktifitas psikis manusia.
Psikologi khusus terdiri atas psikologi kepribadian, psikologi perkembangan, dan psikologi sosial. Berikut penjelasannya:
1.      Psikologi Kepribadian
Psikologi kepribadian adalah psikologi yang membahas kepribadian secara utuh. Psikologi kepribadian mempelajari seluruh pribadi manusia, bukan hanya pikiran atau perasaannya saja tetapi juga kehidupannya secara keseluruhan sebagai paduan antara kehidupan jasmani dan rohani (Sujanto melalui Pipit Dwi Komariah, 1986: 2). Pribadi itu dapat berubah, oleh karena itu pribadi manusia dapat dipengaruhi oleh sesuatu, sehingga sering ada usaha untuk membentuk pribadi atau mendidik pribadi anak.
2.      Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan adalah psikologi yang membicarakan perkembangan manusia dari masa bayi sampai tua. Objek psikologi perkembangan adalah perkembangan manusia sebagai individu. Perkembangan psikologik merupakan suatu proses yang dinamik. Dalam proses tersebut sifat individu dan sifat lingkungan, akhirnya menentukan tingkah laku apa yang akan diaktualisasi dan dimanifestasi.
3.      Psikologi Sosial
Psikologi sosial adalah ilmu yang menguraikan dan menerangkan kegiatan-kegiatan manusia, khususnya kegiatan-kegiatan dalam hubungannya dengan situasi sosial. Situasi sosial ini adalah situasi yang di dalamnya terdapat interaksi atau hubungan timbal balik antar orang maupun antar orang dengan hasil kebudayaan orang. 

Hakikat Sosiologi Sastra


A.    Hakikat Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra terdiri atas dua kata, yaitu sosiologi dan sastra. Menurut Soerjono Sukanto (1970), sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat. Sedangkan sastra adalah kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik. Makna kata sastra bersifat lebih spesifik sesudaah terbentuk menjadi kata jadian, yaitu kesusastraan, artinya kumpulan hasil karya yang baik.
Sosiologi dan sastra memiliki objek kajian yang sama, yaitu manusia dalam masyarakat, memahami hubungan antar manusia dan proses yang timbul dari hubungan antar manusia tersebut dalam masyarakat. Bedanya, sosiologi melakukan telaah secara objektif dan ilmiah sedangkan sastra melakukan telaah secara subjektif dan personal.
Swingewood (1972), memandang adanya dua corak penyelidikan sosiologi yang mengunakan data sastra. Yang  pertama, penyelidikan yang bermula dari lingkungan sosial untuk masuk kepada hubungan sastra dengan faktor di luar sastra yang terbayang dalam karya sastra. Kedua, penyelidikan yang menghubungkan struktur karya sastra kepada genre dan masyarakat tertentu.
Sapardi Djoko Damono (1979), salah seorang ilmuwan yang mengembangkan pendekatan sosiologi sastra di Indonesia, bahwa karya sastra tidak jatuh begitu saja dari langit, tetapi selalu ada hubungan antara sastrawan, sastra, dan masyarakat. Oleh karena itu, pemahaman terhadap karya satra pun harus selalu menempatkannya dalam bingkai yang tak terpisahkan dengan berbagai variable tersebut: pengarang sebagai anggota masyarakat, kondisi sosial budaya, politik, ekonomi yang ikut berperan dalam melahirkan karya sastra, serta pembaca yang akan membaca, menikmati, serta memanfaatkan karya sastra tersebut.
B.     Karya Sastra dalam Perspektif Sosiologi Sastra
Sastra dianggap sebagai salah satu fenomena sosial budaya, sebagai produk masyarakat.  Pengarang, sebagai pencipta karya sastra adalah anggota masyarakat. Dalam menciptakan karya sastra, tentu dia juga tidak dapat terlepas dari masyarakat tempatnya hidup, sehingga apa yang digambarkan dalam karya sastra pun sering kali merupakan representasi dari realitas yang terjadi dalam masyarakat. Demikian juga, pembaca yang menikmati karya sastra. Pembaca pun merupakan anggota masyarakat, dengan sejumlah aspek dan latar belakang sosial budaya, poltik, dan psikologi yang ikut berpengaruh dalam memilih bacaan maupun memaknai karya yang dibacanya.
Bertolak dari hal tersebut, maka dalam perspektif sosiologi sastra, karya sastra antara lain dapat dipandang sebagai  produk masyarakat, sebagai sarana menggambarkan kembali (representasi) realitas dalam masyarakat. Sastra juga dapat menjadi dokumen dari realitas sosial budaya, maupun politik yang terjadi dalam masyarakat pada masa tertentu. Di samping itu, sastra juga dapat menjadi sarana untuk menyampaikan nilai-nilai ataupun ideologi tertentu pada masyarakat pembaca. Bahkan, sastra juga sangat mungkin menjadi alat melawan kebiadaban atau ketidakadilan dengan mewartakan nilai-nilai yang humanis. Uraian berbagai macam varian sosiologi sastra pada bab berikutnya, akan menjelaskan berbagai macam perspektif sosiologi sastra dalam memandang keberadaan karya sastra.

Sunday, April 21, 2013

Alih Aksara dan Alih Bahasa Naskah Syair Selindung Delima


Halaman Pertama
Halaman Kedua
A.    Tahap Pengumpulan Data


Naskah berjudul ”Syair Selindung Delima”. Naskah asli Syair Selindung Delima berada di Universitas Leiden, Belanda.  Naskah ini ada sejak tahun 1850, berarti naskah ini berumur 163 tahun. Mikro film naskah ini berada di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Metode yang dipakai dalam pengumpulan naskah ini adalah metode lapangan. Naskah didapat dari ketua kelas prodi Sastra Indonesia Reguler BP 2010, ketua kelas mendapat naskah dari dosen pengampu mata kuliah Metode Penelitian Kesusasteraan Prof. Dr. Hasanudin WS.
B.     Tahap Pengolahan Data
1.      Nomor Kode Naskah
Nomor kode naskah Syair Selindung Delima tidak diketahui.
2.      Judul Naskah
Judul naskah ini adalah Syair Selindung Delima.
3.      Ukuran Naskah
Berdasarkan naskah fotokopi, naskah ini terdiri atas dua halaman. Halaman pertama berukuran 15x20 cm. Halaman kedua juga berukuran 15x20 cm.
4.      Keadaan Naskah
Keadaan naskah terdapat bercak-bercak kecil berwarna hitam.
5.      Jumlah Halaman
Naskah ini terdiri atas 2 halaman.
6.      Jumlah Baris Tiap Halaman
Halaman pertama naskah ini terdiri atas 42 baris. Halaman kedua terdiri atas 31 baris.
7.      Huruf yang Digunakan
Huruf yang digunakan dalam naskah ini adalah huruf Arab Melayu.
8.      Keadaan Tulisan
Tulisan dalam naskah ini kurang rapi. Sangat sulit dibaca. Banyak terdapat kata-kata yang tidak jelas.
9.      Bahasa
Bahasa dalam naskah ini adalah bahasa Melayu dan bahasa Minangkabau.
10.  Kolofon
11.  Garis Beras Isi Teks
C.    Tahap Transkripsi
Transkrip naskah Syair Selindung Delima:
1.      Halaman Pertama
bismillah itu suatu riwayat
orang dahulu empunya hikayat
crita ini suatu subahat
kata yang sungguh jua tersurat
saya membuat suatu surat
saya pun kecil kurang pendapat
dari pada suratan banyak nan sesat
jikalau terdorong sulik bakata
beribu ampun yang dakang

hendak di ampuni dosa beta
ya illahi robbil inzati
tolong syafaat hamba ini
susah sungguh didalam hati
duduk sengsara petang dan pagi
di nagari barau barau ka berdagang
tiadalah buliah berhenti sanang
sejak dari mulai kecil sampai kan gadang
begitulah nasib dagang yang surang
patik menyurat orang terbuang
dari pada kawan sekalian urang
sulik nan  jangkal ... urang
mintalah mamakdagang surang
sekalian orang habis mereka
dikenal adat
datang sesat ada yang sesal
dari pada itu tawaran banyak
ya ilahi tuhan ku rahim
tolong syafaat hamba mu yatim
saya pun miskin anak yang zalim
tolong tolongan tuhan ku rahim
seorang raja pada zamannya
bandar pirusnya nagarinya
kerajaan besar tiada antaranya
beberapa nagari takluk kepadanya
baginda bernama dewa pari
berputra dua seorang laki laki
yang perempuan bernama sari baharian
ayah dan bunda sangatlah kasian
2.      Halaman Kedua
sesekalinya rakyatnya lalu melihatnya
bandar pirus terlalu rami
baralek raja dengan sutan
pergi menempuh akan pekerjaan
berapa pula emas dan intan
kepada dewa laksana dicariknya
sudahlah selesai semuanya pelarian
bermohon pulang rakyat sekalian
setengah hati sari banian
malihat anak ke dua berkasihan
rami nagari bukan kepalang
suara keras banyak tiada ...
beberapa kapalnya ...
paniknya murah bukan kepalang
masuk pagi keluarnya patang
rajanya adil bukan kepalang
sekalian rakyat habislah sayang
nagari tuan rami senang
kakak baginda dalam istana
.... dalam nagari parus pada.... batuk kerikil pada hari selasa pukul 12 dan pada 16 hari bulan ramadhan dek pada ketika nabi kita muhammad salallahualaihi wasallam seribu dua ratus enam puluh tujuh